Butiranbintang - Rasa kehilangan mengiris-iris hatinya. Istrinya meninggal beberapa waktu usai melahirkan bayi. Hari-hari selanjutnya, kesepian menyergap. Hidup ibaratnya hampa tanpa hadirnya istri tercinta. Berat. Ia tidak kuasa mengurus bayinya seseorang diri, meskipun sudah dibantu oleh bibi.
Tujuh bln. kemudian, ia mengambil keputusan untuk menikah lagi. Mengharapkan anaknya tidak kehilangan asupan kasih sayang dari seseorang ibu, walau hanya ibu tiri.
Sayangnya, istri barunya itu tidaklah sosok ibu tiri yang baik. Ia kurang tulus mengasihi anak tiri semata wayangnya. Terlebih sesudah ia sendiri melahirkan bayi. Anak tiri ia serahkan pada pembantu.
Tidak hanya tak disayang, anak itu juga kerap memperoleh perilaku tak adil dari ibu tiri. Dari mulai perlakuan, perkataan, sampai makanan.
Suatu petang, waktu makan malam, ibu tiri makan dengan lahapnya. Ia nikmati bermacam menu sambil menyuapi anaknya sendiri. Anak tiri yang saat ini berumur tiga th. itu terlihat begitu ingin memakan makanan yang dihidangkan. Ia menjulurkan tangannya.
“Mau apa kau?!, ” satu bentakan dari ibu tiri mengagetkannya. Ia menarik kembali tangannya, kepalanya tertunduk, wajahnya tampak ketakutan.
“Aku lapar…” kata bocah itu.
“Ini makananmu, ” kata ibu tiri sejurus setelah mengambilkan sepiring nasi. “Pergi serta makanlah di halaman sana! ”
Dengan mata berderai, gadis kecil itu pergi keluar membawa piringnya. Ia melawan dinginnya malam musim hujan dengan makanan yang tidak bergizi serta tidak mengenyangkan.
“Di mana anak kita? ” bertanya suami sepulang kerja.
“Sama pembantu, ” jawab istri sekenanya.
Lelah sesudah seharian bekerja membawa lelaki itu cepat terlelap. Tetapi beberapa waktu kemudian ia terbangun.
“Aku bermimpi istriku datang dan menyuruhku mencari anakku, ” pamitnya pada saat hendak bangun.
“Tidak usah. Dia kan sama pembantu. Lagi juga itu hanya mimpi, ” sang istri mencegahnya.
“Bangun! Cari anakmu, ” kata almarhumah istrinya dalam mimpi itu. Tampak seperti nyata serta selekasnya membuatnya terbangun. Lagi-lagi, ibu tiri gadis kecil itu menghalanginya.
“Sudahlah, tidur saja. Itu cuma mimpi. ”
Lelaki itu juga kembali terpejam. “Tamat sudah Mas, anak kita telah tiba di tempatku”, sang suami kaget dan ketakutan. Ia terbangun dengan keringat dingin. Kali ini istri keduanya tidak mampu menghalangi.
Ia mengetuk kamar pembantu, nyatanya anaknya tidak ada disana. Ia bersama pembantunya segera mencari kesana kemari. Sampai menjelang pagi, ia temukan anaknya sudah tidak bernyawa. Mati dengan badan meringkuk tanpa selimut dengan sebuah piring di sampingnya.
Astagfirulloh hal'adzim
0 Response to "Kisah Penyesalan Seorang Ayah yang Salah Memilihkan Ibu Tiri Untuk Anaknya"
Posting Komentar